Trip To Belgium

Saat itu buka puasa pukul 21.52 waktu Brussels, Belgium. Kami, berbuka puasa di atas ketiggian karena pesawat belum mendarat. Hitungan menit pesawat kami akan mendarat sempurna di Bandara Charleroi, Brussels. Kami berangkat dari Bandara Manchester, United Kingdom dengan rentang perjalanan kurang lebih 1,5 jam mengudara. Perbedaan waktu antara Britania Raya dan Belgia sebenarnya menguntungkan kami yang sedang berpuasa. Karena sahur waktu Inggris dan berbuka waktu Belgia (yang lebih cepat satu jam). Kami saat itu hanya berbuka puasa dengan sedikit gigitan kue dan beberapa teguk air mineral milik anak-anak (karena ketentuan tidak memboleh cairan ke dalam kabin pesawat).

WhatsApp Image 2017-08-05 at 02.13.57(7)

Manchester Airport

Mendarat sempurna di Charleroi, menjejakkan kaki pertama di benua Eropa dengan maskapai murah Ryan Air yang saat itu kami dapatkan 8 Poundsterling untuk tiket satu orang atau sekitar Rp 135.000,- dengan keberangkatan dari Manchester, Inggris. Saat itu bulan tengah bertengger sempurna di atas langit Belgia. Malam ke-13 bulan Ramadhan. Rembulan hampir membulat, cahaya terangnya berpendar menyambut kami.

WhatsApp Image 2017-08-05 at 02.13.57

Kabin Ryan Air

Kami ber-4 masih meraba ada apa di Belgia? Sebelumnya kami sudah memesan penginapan milik seorang Indonesia, namun ada tragedy yang cukup bodoh hehe…Kami lupa men-cancel hotel yang kami booking untuk persyaratan visa Schengen. Karena nginap atau enggak di hotel tersebut ya bakal tetap ke-debet dari rekening ya, kita putuskan menginap hotel yang kami booking untuk semalam.

Ternyata dari Charleroi menuju Brussels cukup panjang perjalanan sekitar 1 jam dengan menggunakan bus. Jadi ini sebabnya harga tiket murah, karena letak airport yang agak jauh dari kota. Sementara saat itu, bila memilih airport di Brussels harga jauh lebih mahal meski dibanding tujuan airport Chaleroi walau sudah ditambah biaya bus ke Brussels. Saat itu sudah larut malam, walau belum waktu Isya. Karena Isya saat summer sekitar pukul 00.

WhatsApp Image 2017-08-05 at 02.13.57(9)

Charleroi Airport

Kami akhirnya mendapatkan bus yang bisa dibeli tiketnya di area bandara. Tiket terakhir untuk keberangkatan pukul 00. Rencana membeli online agar mendapatkan harga lebih murah gagal karena handphone mati total.  Bad, kami juga tidak membawa power bank dan handphone kami lack of battery. Iya inilah bisa dibilang the worst thing untuk traveling kali ini. Semua data pemesanan, rute, gmap, kamera tentu saja sangat kami butuhkan. Entah kenapa di Bandara Charleroi gak ada colokan listrik buat umum berbeda dengan di UK yang melimpah terminal listrik di fasilitas umum.

Bus berangkat dari bandara pukul 00 lebih sekian menit, dan anak-anak masih antusias menahan kantuk. Siapa sih yang gak suka naik bus? Aku rasa setiap anak akan antusias naik bus. Beberapa botol air minum kami beli di pedagang makanan sekitar Bandara. Jujur, perut rasanya keroncongan ingin diisi karena kami berbuka hanya dengan ala kadarnya. Namun, melihat aneka macam makanan yang dijajakan di pinggir jalan membuat kami ragu akan kehalalannya. Bekal roti pun tak seberapa, karena lebih banyak ditujukan untuk anak-anak. Alias udah jadi jatah mereka.

Singkat cerita, akhirnya tengah malam dengan kondisi lelah dan juga dihantui dengan tambahan biaya karena telat check in hotel kami ber-4 menaiki bus yang menghantarkan kami ke Brussels. Nuansa Eropa sudah terasa saat bahasa Prancis mulai terdengar dimana-mana. Kami sempat bersitegang dengan supir bus saat hanya terdapat 3 tempat duduk kosong. Padahal kami telah memesan tiket untuk 4 orang. Tadinya kami memutuskan agar Azagirl yang masih 3 tahun dipangku, karena malas berlama-lama. Namun kemudian, seorang lelaki baik hati menegur dan sedikit berdebat dengan supir. Tentu saja mereka menggunakan Bahasa Prancis yang begitu asing di telinga kami. Ternyata masih ada kursi kosong lagi setelah penumpang diatur posisi duduknya. Akhirnya kami ber- 4 mendapatkan kursi di bus. Capek! Rasanya ingin tidur lelap…Alzamboy dan Azagirl pun gak perlu waktu lama untuk langsung terlelap.

Kami mengobrol cukup lama dengan seorang lelaki yang membantu kami mendapatkan bangku di bus. Lelaki tersebut bersama istri dan anaknya yang masih balita duduk di dekat kami. Mereka lancar berbahasa Inggris sehingga kami bisa bercerita apa saja. Ternyata mereka berasal dari Portugal dan sudah lama tinggal di Brussels. “orang-orang di sini  kurang sopan, kalian harus terbiasa dengan penduduk di sini.” Kurang lebih begitu yang mereka wanti-wanti pada kami. Tentu saja kami yang baru pertama keluar dari United Kingdom dan menjejakkan kaki di Eropa merasakan hal tersebut. Di sinilah kami benar-benar menyadari, tanah Britania Raya benar-benar terasa hangat dan ramah.

“Anak duduk di pangkuan saat bekendara adalah suatu hal yang beresiko. Itu melanggar aturan. Seharusnya supir bus mementingkan keselamatan anak dan kalian pun sudah memesan tiket bukan?” Istri dari lelaki tersebut berbicara panjang lebar. Karena alasan itulah mereka membela kami untuk mendapatkan kursi untuk anak. Oh seandainya mereka tahu seperti apa orang tua dan anaknya berkendara di Indonesia yang jauh dari standar aman. Oiya, saat ditanya tentang Indonesia mereka ternyata tahu, iya…Portugal dan Indonesia memang ada sejarah masa lalu kan ya.

Bus berhenti di Bruxelles Central, lalu kami berpisah dengan keluarga asal Portugal tersebut. Lalu kami terdiam sementara hendak kemana dan menggunakan apa. Handphone mati total, dan saat itu sudah tengah malam, pukul 01 pagi. Anak-anak terlihat mengantuk berat namun akhirnya membuka mata saat udara dingin menyergap kami. Kami memilih berdiam di dalam Bruxelles Central, stasiun kereta api Brussels. Azagirl sebenarnya tidak masalah, dia memilih berbaring di dalam kereta dorong, hanya saja tentu saja Alzamboy yang terlihat uring-uringan karena dia hanya bisa di berdiri dudukan kaki pada kereta dorong. Dia punya keahlian tidur dalam posisi berdiri lho jika kondisi gak memungkinkan untuknya bebaring atau, duduk. Kami menyusuri lobi stasiun hingga peron, sama sekali tidak tampak terminal listrik untuk mengisi baterai handphone. Stasiun tengah malam terasa dingin dan sepi. Beberapa orang (mungkin tak memiliki tempat tinggal) berbaring di lantai stasiun beralaskan selimut dan berselimutkan jaket.

Aku mulai cemas, kami benar-benar hilang arah. Tidak semua orang di sini menggunakan bahasa Inggris, berbagai tulisan dan petunjuk arah juga menggunakan Bahasa Prancis/Belanda. Aku juga agak khawatir karena belum menghubungi pihak hotel tentang keterlambatan check in kami, dan tentu saja bayangan fee keterlambatan check In menghantui. Belum lagi, kami tidak yakin akan menaiki transportasi apa ke hotel. Taxi, ah iya tentu saja bisa. Namun taxi terakhir terlihat tadi, dan saat ini kami belum menjumpai taxi lagi. Jika tersesat sendiri rasanya cemas, sekarang bersama anak-anak rasanya ahhh…yah, merasa menyesal karena power bank bisa tertinggal.

Akhirnya setelah naik turun lift dan menyusuri sudut-sudut stasiun, kami menemukan terminal listrik di dekat tempat parkir sepeda dan keran air minum. Suami menyalakan handphone sambil mengisi baterai searching berbagai informasi, sementara itu aku mengisi botol air minum yang mulai berkurang isinya. Anak-anak mulai rewel, angin dingin malam terasa kencang menerpa posisi kami yang tepat di depan gerbang masuk lobi stasiun. Aku membawa anak-anak berkeliling stasiun yang sunyi, tak ada kehidupan. Syukurlah, mereka lebih tenang dibawa keliling dibanding harus berdiam menunggu abinya mencari informasi di handphone. Saat berkeliling stasiun, aku baru mengetahui jika toilet di sini diharuskan membayar melalui mesin. Tentu saja, sangat berbeda dengan kondisi di UK. Tulisan dan petunjuk terpampang dimana-mana menggunakan Bahasa Prancis, tak banyak informasi yang didapatkan dari stasiun tengah malam.

Tak lama kemudian, suami mengabarkan bahwa kami sudah mendapatkan driver uber yang tengah menanti di Hilton Hotel di luar stasiun. “Baca deh nama supirnya siapa.” Kata suami sambil menyodorkan handphone-nya. “Mohamed?” Aku membaca nama driver yang tertera di layar handphone. 

Mohamed….

Pikiranku melayang sekitar 2 bulan lalu saat aku dan anak-anak pertama kali singgah di York, UK. Saat itu kami mendapatkan driver uber bernama Ali Khan, dia mengantarkan kami dari York Station ke Halifax College tempat kami bermukim. Ali Khan seorang muslim dan bercerita banyak hal di sepanjang jalan. Mohamed, ternyata awal menjejakkan kaki di benua Eropa ini kami disambut juga oleh seorang Muslim.

Lalu kami segera bergegas, setengah berlari menuju ke luar stasiun untuk menjumpai Mohamed. Sabar ya Nak, sebentar lagi kita sampai ke penginapan (kami harap). Walau ternyata masih ada cerita lagi agar sampai ke penginapan.

*bersambung….

 

2 thoughts on “Trip To Belgium

Leave a reply to zarahsafeer Cancel reply